Sony A7 II di Tahun 2025: Kamera Lawas yang Masih Bisa Diandalkan atau Sudah Saatnya Pensiun?
Halo sobat Gofotografer!
Sony A7 II pertama kali dirilis pada akhir tahun 2014. Yup, itu artinya kamera ini sudah berumur lebih dari 10 tahunsaat kita menulis artikel ini di tahun 2025. Tapi anehnya, kamera ini masih cukup sering dibahas di forum dan bahkan masih banyak dijual—baik dalam kondisi baru stok lama maupun bekas.
Pertanyaannya: masih worth it nggak sih pakai Sony A7 II di tahun 2025?
Kalau kamu sedang mempertimbangkan beli kamera full-frame dengan budget terbatas, artikel ini bisa jadi pertimbangan penting buat kamu.
Sekilas Spesifikasi Sony A7 II
Sebelum kita bahas pro dan kontra, yuk kita lihat dulu spesifikasi kunci dari A7 II:
- Sensor: 24.3MP Full-frame CMOS
 - Image Processor: BIONZ X
 - Autofocus: 117 titik phase detection + 25 titik contrast detection
 - Stabilizer: 5-Axis In-Body Image Stabilization (pertama di seri A7)
 - Video: Full HD 1080p @60fps (belum 4K)
 - ISO: 100–25.600 (extended hingga 50–51.200)
 - Layar: 3″ LCD tilting (bukan touchscreen)
 - Viewfinder: 2.36M-dot OLED
 - Koneksi: Wi-Fi, micro-HDMI, micro-USB
 - Body: Magnesium alloy, weather-sealed
 - Harga bekas (2025): Sekitar Rp 8–10 jutaan (body only)
 
Keunggulan yang Masih Relevan
- Full-Frame Sensor dengan Kualitas Gambar Bagus
Untuk fotografi landscape, portrait, atau produk, kualitas gambarnya masih sangat mumpuni. Dinamic range-nya cukup luas, dan file RAW dari kamera ini masih bisa diedit dengan fleksibel. - In-Body Stabilization (IBIS)
Fitur ini cukup langka untuk kamera seumurannya. IBIS 5-axis sangat membantu saat memotret handheld, terutama dalam cahaya rendah. - Body Solid dan Profesional
Meskipun tidak se-kompak kamera mirrorless terbaru, bodinya terasa kokoh dan ergonomis di tangan. - Harga Bekas Terjangkau
Dengan harga di bawah Rp 10 juta, kamu bisa merasakan kualitas full-frame yang dulunya hanya tersedia di kamera belasan hingga puluhan juta rupiah. 
Kelemahan yang Mulai Terasa di Tahun 2025
- Autofocus Tertinggal Jauh
Dibanding kamera seperti A7 IV, Canon R8, atau Nikon Z6 II, performa autofocus A7 II terasa lamban dan kurang presisi, terutama di kondisi low-light atau subjek bergerak cepat. - Tidak Ada 4K Video
Ini jadi deal-breaker untuk banyak konten kreator. Di era YouTube 4K, kamera ini hanya bisa merekam maksimal di Full HD 1080p. - Layar Tidak Bisa Diputar dan Bukan Touchscreen
Untuk vlogging, selfie, atau navigasi cepat, ini cukup menyulitkan. - Baterai Cepat Habis
NP-FW50 yang digunakan A7 II memang kecil dan cepat habis. Dalam satu sesi pemotretan, kamu bisa butuh 2–3 baterai cadangan. 
Jadi, Masih Worth It?
YES, jika kamu:
- Fotografer pemula atau intermediate yang ingin merasakan full-frame tanpa menguras tabungan
 - Lebih fokus ke fotografi (bukan video)
 - Tidak butuh autofocus tercepat atau layar lipat
 - Ingin body kamera profesional dengan IBIS yang masih berguna
 
NO, jika kamu:
- Seorang konten kreator yang butuh 4K dan performa video tinggi
 - Sering memotret subjek bergerak cepat
 - Sudah terbiasa dengan sistem autofocus generasi terbaru
 - Butuh layar fleksibel dan UI modern
 
Alternatif di Harga yang Sama (2025)
Kalau kamu punya budget Rp 10–13 jutaan, mungkin kamu juga bisa mempertimbangkan:
- Canon EOS RP (lebih modern, tapi tanpa IBIS)
 - Nikon Z5 (4K dengan crop, tapi UI lebih segar)
 - Sony A6400 (APS-C tapi dengan autofocus lebih cepat dan 4K)
 
Kesimpulan
Sony A7 II memang bukan kamera terbaru, tapi masih punya tempat tersendiri di hati banyak fotografer.
Kalau kamu tahu keterbatasannya dan bisa bekerja di dalam batas tersebut, A7 II tetap bisa menghasilkan karya yang luar biasa.
Kamera boleh tua, tapi ide dan kreativitas kita nggak ada batasnya, kan?
#gofotografer #SonyA7II #kamerabekas #mirrorless #reviewkamera #fotopemula
Fotografer Indonesia,silahkan mention jika punya mslh, pertanyaan, atau sekedar ingin ngobrol2 seputar dunia fotografi Kami siap membantu
— gofotografer (@gofotografer) September 27, 2016
                
        




